KAMI HADIR DENGAN 5 JAMINAN PASTI - OBATNYA LENGKAP - HARGANYA RELATIF MURAH - HANYA MENJUAL OBAT ASLI - LAYANAN KONSULTASI APOTEKER GRATIS - TERSEDIA LAYANAN ANTAR - HOTLINE CALL: 0852-1841-1941



Friday, July 15, 2016

Dokter: 60 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Sadar Idap Diabetes

yogyakarta, Sekitar 60 persen pengidap diabetes di Indonesia tidak menyadari kalau terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi dan sudah parah.

Hal itu disebabkan masyarakat Indonesia tidak mengetahui sejak awal gejala-gejala terkena diabetes. Oleh karena itu perlu sedini peningkatan kesadaran masyarakat akan penyakit tersebut.

"Lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi," ungkap Ahli Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr R. Bowo Pramono, Sp.Pd.KEMD(K) di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Bulaksumur, Yogyakarta, Rabu (6/4/2016).

Dia mengatakan diabetes melitus (DM) masih menjadi persoalan kesehatan serius dunia. Indonesia merupakan negara yang berada di urutan ke-4 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (AS). Jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama untuk DM tipe 2.

"Data WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang," katanya.

Menurut Bowo saat ini penting sekali adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih mengenali gejala diabetes sedini mungkin. Terdapat tiga gejala klasik diabetes yang dikenal dengan istilah 3 P yaitu poliuri atau sering buang air kecil, polifagi atau sering merasa lapar, dan polidpsi atau sering merasa haus. Disamping itu juga mengalami penurunan berat badan tanpa disertai dengan sebab yang jelas.

"Gejala-gejala ini memang kerap tidak diperhatikan sebagai keadaan yang harus dikhawatirkan sehingga tidak ada langkah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter," papar dia.

Dia menambahkan, peringatan Hari Kesehatan Sedunia Kamis (7/1/2016) besok akan mengangkat tema upaya pengentasan diabetes. Menurutnya diabetes bukanlah suatu openyakit yang mematikan. Namun penyakit yang timbul akibat peningkatan kadar gula dalam darah ini bisa mematikan apabila terjadi komplikasi.

"Prinsipnya harus rajin check up setahun dua kali. Tidak perlu khawatir," kata Bowo.

Untuk menekan risiko terkena diabetes lanjut dia, masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Caranya antara lain dengan makan sesuai dengan kebutuhan dengan komposisi nutrisi seimbang dan melakukan olahraga secara rutin.

"Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga agar orang yang berisiko diabetes tidak sampai terkena diabetes karenanya perlu dilakukan skrining," katanya.

Untuk pencegahan sekunder dilakukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut. Sebab bila DM tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan komplikasi kronis seperti stroke, serangan jantung, gangguan syaraf tepi, dan amputasi. Demikian pula dengan pencegahan tersier perlu dilakukan agar penderita diabetes yang terkena komplikasi tidak mengalami cacat, amputasi, bahkan kematian.(bgs/up

Friday, July 1, 2016

Jangan Tunggu Komplikasi, Cek Gula Darah Rutin Sedini Mungkin!

Jakarta, Sediakan waktu khusus untuk cek kesehatan dan konsultasi ke dokter, terutama berkaitan dengan diabetes. Tujuannya supaya diabetes tak sampai muncul komplikasi.

Seperti disampaikan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr H.M Subuh, MPPM, bahwa saat ini masih banyak orang yang enggan cek kesehatan sedini mungkin. Mereka justru barubmau ke dokter saat komplikasi sudah muncul.

"Dua pertiga pasien itu tidak tahu kalau dirinya kena diabetes. Padahal cek kesehatan rutin itu sangat dianjurkan," tutur Subuh dalam temu media di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2016).

Ia melanjutkan, menanggapi masalah ini pihaknya akan meningkatkan akses masyarakat agar bisa lebih mudah memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Menurutnya, kesadaran masyarakat bisa terbangun jika lingkungan juga mendukung.

"Bagaimana tidak mau diabetes, naik pesawat disediakan permen manis, di hotel juga. Bangun gedung tangganya disembunyikan, yang diperlihatkan malah lift-nya. Masyarakat jadi berisiko tinggi. Komplikasi diabetes itu dari ujung kepala sampai kaki lho," terangnya.

Ditambahkan oleh dr Em Yunir, SpPD dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, bahwa ketidaksadaran masyarakat untuk cek kesehatan menjadi kunci mengapa diabetes tak bisa dikendalikan.

"Perlu diluruskan, tahu penyakit sejak awal membuat pengobatan lebih baik, bukannya malah bikin repot seperti yang orang-orang pikir," imbuh dr Yunir.