Penderita tuberkulosis diwajibkan minum obat sampai tuntas sesuai dosis. Jika putus berobat, kuman tuberkulosis bisa kebal pada obat sehingga terapi lebih lama dan mahal serta peluang kesembuhan lebih kecil.
Menteri Kesehatan Nila
Moeloek mengatakan, semua pasien TB wajib minum obat hingga tuntas.
"Disiplin dan keinginan kuat sembuh perlu dijaga. Jika tak minum hingga
tuntas, bisa kena TB lebih berbahaya," ujarnya pada acara Gerakan
Keluarga Menuju Indonesia Bebas TB melalui TOSS TB:
Temukan TB Obati Sampai Sembuh, di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Sabtu (2/4). Acara itu untuk memperingati Hari TB Sedunia tanggal 24 Maret.
Budi Hermawan (38), mantan pasien TB dengan kuman resisten obat (TB MDR), mengaku sulit berobat hingga tuntas. "Berat minum obat bertahun-tahun tanpa putus. Ini butuh dukungan keluarga dan tenaga medis untuk menjaga konsistensi pengobatan," ujar Budi yang sembuh pada 2013 setelah sakit sejak 2003.
Tuberkulosis disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui dahak penderita. Gejalanya antara lain batuk berdahak bercak darah lebih dari dua minggu, sesak napas, berat badan turun drastis, dan berkeringat saat malam. Penyakit itu bisa disembuhkan lewat pengobatan selama enam bulan. Jika putus berobat, kuman TB jadi kebal terhadap obat.
Kuman lebih ganas
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes M Subuh mengatakan, gejala TB MDR sama dengan TB, tetapi peluang kesembuhan lebih kecil karena kebal obat lama dan kuman lebih ganas. Jadi, pasien TB MDR harus minum obat selama 24 bulan. Harga obat TB MDR Rp 100 juta, lebih mahal ketimbang obat TB yang berkisar Rp 400.000 sampai Rp 1,2 juta.
"Obat TB tersedia di puskesmas dan rumah sakit umum daerah gratis," ujarnya. Data Kemenkes 2015 mencatat ada 400.000 kasus TB. Jumlah kasus TB MDR 1.840 orang, 1.547 pasien di antaranya sembuh.
Menurut Nila, pemerintah mencegah penyebaran TB melalui program ketuk pintu TB, yakni tenaga kesehatan mengunjungi rumah warga untuk memeriksa TB. Pihaknya juga aktif menemukan TB dan obati sampai sembuh. Cara lain adalah menjaga kebersihan lingkungan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, pihaknya menciptakan lingkungan bersih bagi warga, termasuk memindahkan warga dari permukiman kumuh ke rusun. "Saya pastikan akses air bersih, sanitasi dijaga, dan tersedia fasilitas kesehatan," ujarnya. (C11)
Temukan TB Obati Sampai Sembuh, di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Sabtu (2/4). Acara itu untuk memperingati Hari TB Sedunia tanggal 24 Maret.
Budi Hermawan (38), mantan pasien TB dengan kuman resisten obat (TB MDR), mengaku sulit berobat hingga tuntas. "Berat minum obat bertahun-tahun tanpa putus. Ini butuh dukungan keluarga dan tenaga medis untuk menjaga konsistensi pengobatan," ujar Budi yang sembuh pada 2013 setelah sakit sejak 2003.
Tuberkulosis disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui dahak penderita. Gejalanya antara lain batuk berdahak bercak darah lebih dari dua minggu, sesak napas, berat badan turun drastis, dan berkeringat saat malam. Penyakit itu bisa disembuhkan lewat pengobatan selama enam bulan. Jika putus berobat, kuman TB jadi kebal terhadap obat.
Kuman lebih ganas
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes M Subuh mengatakan, gejala TB MDR sama dengan TB, tetapi peluang kesembuhan lebih kecil karena kebal obat lama dan kuman lebih ganas. Jadi, pasien TB MDR harus minum obat selama 24 bulan. Harga obat TB MDR Rp 100 juta, lebih mahal ketimbang obat TB yang berkisar Rp 400.000 sampai Rp 1,2 juta.
"Obat TB tersedia di puskesmas dan rumah sakit umum daerah gratis," ujarnya. Data Kemenkes 2015 mencatat ada 400.000 kasus TB. Jumlah kasus TB MDR 1.840 orang, 1.547 pasien di antaranya sembuh.
Menurut Nila, pemerintah mencegah penyebaran TB melalui program ketuk pintu TB, yakni tenaga kesehatan mengunjungi rumah warga untuk memeriksa TB. Pihaknya juga aktif menemukan TB dan obati sampai sembuh. Cara lain adalah menjaga kebersihan lingkungan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, pihaknya menciptakan lingkungan bersih bagi warga, termasuk memindahkan warga dari permukiman kumuh ke rusun. "Saya pastikan akses air bersih, sanitasi dijaga, dan tersedia fasilitas kesehatan," ujarnya. (C11)
No comments:
Post a Comment