Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih belum berakhir. Pada akhir
Januari lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan ada 107
kabupaten yang melaporkan serangan DBD dengan 1.669 kasus. Tercatat 22
penderita meninggal dunia, sehingga rata-rata angka kematian DBD pada
Januari 2016 adalah 1,3 persen.
Lima tahun terakhir kejadian DBD
berkisar empat hingga 103 kejadian dengan sekitar 630 hingga 8.056
kasus. Jumlah kematian akibat DBD berkisar satu hingga 144. Dengan
statistik tersebut, rata-rata angka kematian karena DBD selama lima
tahun terakhir, artinya berkisar 0,1 hingga 1,8 persen.
DBD
adalah penyakit seperti flu yang disebabkan oleh salah satu dari empat
jenis virus dengue yang ditularkam oleh nyamuk Aedes aegypti betina. DBD
biasanya ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Di daerah
yang lebih utara, penyakit ini ditularkan oleh Aedes albopictus, yang
dapat menahan suhu dingin. Manusia tidak dapat menginfeksi satu sama
lain, tapi bisa menginfeksi nyamuk yang menggigitnya, untuk kemudian
ditularkan ke manusia lain.
Apa saja gejalanya?
Sekitar setengah
dari orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, menurut Centers for
Disease Control and Prevention. Setengah lainnya tidak begitu
beruntung.
Empat sampai 10 hari setelah digigit, mereka mungkin
mengalami demam hingga 40 derajat Celcius bersama dengan sakit kepala
parah, nyeri otot, sendi dan area di belakang mata.
Tidak jarang
penderita merasa seolah-olah tulang mereka mau copot. Karenanya, ada
juga orang yang menyebut DBD sebagai demam tulang (breakbone dengue).
Seberapa seriuskah DBD itu? Puluhan juta pasien dirawat di rumah sakit
setiap tahun, tetapi kebanyakan dari mereka sembuh setelah dua sampai
tujuh hari.
Beberapa orang mengalami penurunan suhu setelah
menderita demam, tapi kemudian suhu badan naik lagi. Demam kedua ini
adalah bentuk DBD yang lebih parah dan dapat menyebabkan kerusakan
organ, pendarahan parah, dehidrasi dan bahkan kematian.
Bagaimana cara pengobatannya?
Pasien diberi obat untuk meredakan gejala mereka dan diminta minum banyak air dan istirahat.
Apakah kita bisa menderita DBD lebih dari sekali?
Setelah Anda sembuh
dari infeksi dengue pertama, Anda kebal terhadap jenis tertentu dari
virus tersebut tetapi tidak untuk tiga jenis lainnya.
Banyak
negara menjadi 'rumah' bagi empat jenis virus dengue. Seseorang yang
terinfeksi untuk kedua kalinya, lebih berisiko untuk mengembangkan
gejala yang lebih parah.
Nyamuk yang membawa virus demam berdarah juga dapat membawa virus demam kuning dan virus chikungunya.
Seberapa tinggi angka kasus DBD saat ini?
Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan 50-100 juta orang terinfeksi setiap tahun (studi tahun
2013 menunjukkan jumlah lebih tinggi yaitu 400 juta).
Mengapa
angkanya begitu tinggi?
Globalisasi termasuk pemanasan global menjadi
dua di antara sekian banyak penyebabnya. Nyamuk dapat bersembunyi dan
berkembang biak di barang-barang yang diperdagangkan. Wisatawan yang
terinfeksi juga dapat menyebarkan penyakit ini.
Pemanasan global
menyebabkan musim menjadi kacau, sehingga banyak penyakit datang di
waktu-waktu yang tidak terduga. Suhu Bumi naik menyebabkan nyamuk
berkembang biak dengan lebih pesat.
Bagaimana kita
menghentikannya? Saat ini, upaya pencegahan masih fokus pada
penyemprotan lingkungan dengan pestisida, meski ada ancaman modifikasi
genetik dapat terjadi pada nyamuk yang terkena pestisida tapi tidak
mati.
Orang-orang juga mengandalkan kelambu dan losion
antinyamuk. Selain itu, membersihkan tempat-tempat di mana terdapat air
tergenang. Saat ini, vaksin DBD sudah ditemukan tetapi belum masuk ke
Indonesia.
No comments:
Post a Comment