Lebih dari 217.400 orang Indonesia meninggal akibat penyakit terkait tembakau tiap tahun berdasarkan data The Tobacco Atlas 2015. Namun, ketika perokok diberitahu bahwa merokok itu mematikan, sebagian perokok menjawab santai : merokok mati, tidak merokok juga mati.
Lalu apa tanggapan Kementerian Kesehatan terkait hal ini?
"Kematian adalah suatu kepastian dalam hidup. Tapi jangan jadikan
mati sebagai tameng agar bisa tetap merokok. Memang Anda mau meninggal
dalam kondisi menyedihkan akibat merokok?," tutur Dirjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Muhammad Subuh di Jakarta.
Seperti diketahui banyak orang, merokok meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru, kanker laring, dan penyakit jantung koroner.
"Jadi apa Anda mau mati dalam kualitas hidup tidak bagus? Misalnya
mati karena kanker paru atau mati dengan disabilitas karena stroke?
Tentu tidak bukan," kata Subuh usai puncak "Hari Tanpa Tembakau Sedunia
2016" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Kanker paru, kanker laring, dan penyakit jantung koroner hanyalah
tiga dari sekian banyaknya masalah kesehatan yang disebabkan oleh rokok
dan asap rokok. Selain itu ada infeksi salurana pernapasan bawah, asma,
efek reproduksi bagi wanita, stroke dan iritasi hidung pada orang
dewasa.
Bukan hanya perokok aktif yang meninggal dengan aneka penyakit akibat kebiasaan buruk tersebut, tapi juga perokok pasif. Secara global, paparan asap rokok menyebabkan kematian pada lebih dari 600.000 non-perokok di 2010.
No comments:
Post a Comment